Yang
namanya hubungan jarak jauh itu memang gak pernah mudah dijalani, penuh
duri, penuh lobang, penuh tanjakan, penuh kerikil tajam… pokoknya apa
saja yang bisa digunakan sebagai perumpaan cobaan dalam sebuah hubungan
LDR.
Long Distance Relationship selalu membutuhkan segala sesuatu dengan
ekstra; sebut saja: perhatian ekstra, pulsa ekstra, ongkos ekstra, de
el el. Tapi bukan berarti kemudian kita jadi takut kan?
Tidak ada hubungan antara dua manusia di muka bumi ini yang luput dari cobaan. Hubungan dalam bentuk apa pun itu; tak terkecuali hubungan antara orang tua dan anak dan hubungan persaudaraan sekalipun. Apalagi terhadap hubungan asmara, tentu saja akan cukup merepotkan karena biasanya masalah percintaan akrab dengan kata-kata, cemburu buta -salah satu bentuk cobaan yang terselubung.
Nahhh…
Tidak ada hubungan antara dua manusia di muka bumi ini yang luput dari cobaan. Hubungan dalam bentuk apa pun itu; tak terkecuali hubungan antara orang tua dan anak dan hubungan persaudaraan sekalipun. Apalagi terhadap hubungan asmara, tentu saja akan cukup merepotkan karena biasanya masalah percintaan akrab dengan kata-kata, cemburu buta -salah satu bentuk cobaan yang terselubung.
Nahhh…
Dalam hubungan LDR
akan ditemui banyak sekali kesempatan untuk menemukan kedua kata
tersebut. Terkendala oleh waktu bertemu yang super terbatas, jarak yang
memisahkan, keterbatasan kemampuan penggunaan teknologi, dan rasa
cemburu yang berlebihan maka lengkaplah derita mereka yang sedang
menjalani hubungan LDR dengan cara yang salah itu.
Saya ulangi sekali lagi ya, tidak ada yang perlu ditakutkan dengan LDR. Kenapa tidak ada? Karena yang kita takutkan itu hanyalah hasil karya imajinasi kita sendiri yang terkadang terlalu tinggi dan terlalu negatif.
Masih tidak percaya kah? Baiklah kalau begitu, hehe, berikut saya berikan contohnya! Salah lima saja yaaa
Saya ulangi sekali lagi ya, tidak ada yang perlu ditakutkan dengan LDR. Kenapa tidak ada? Karena yang kita takutkan itu hanyalah hasil karya imajinasi kita sendiri yang terkadang terlalu tinggi dan terlalu negatif.
Masih tidak percaya kah? Baiklah kalau begitu, hehe, berikut saya berikan contohnya! Salah lima saja yaaa
- Takut pacar yang diajak LDR selingkuh.
- Takut pacar lama-lama kehilangan rasa cinta karena bosan
- Takut pacar terlalu asik dengan kesibukannya sendiri yang entah lagi dimana, bersama siapa dan sedang melakukan apa.
- Takut tidak punya kesempatan bertatap muka
- Takut tidak kuat iman
Oke, mari kita bahas panjang lebar satu per satu ya!
Cemburu buta versi 1. takut pacar yang diajak LDR selingkuh
Coba kita terawang ketakutan yang satu ini dulu dengan mata hati lalu jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan segenap kejujuran yang ada dalam hati kita.
Cemburu buta versi 1. takut pacar yang diajak LDR selingkuh
Coba kita terawang ketakutan yang satu ini dulu dengan mata hati lalu jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan segenap kejujuran yang ada dalam hati kita.
- Apakah setiap orang punya bakat selingkuh?
- Apakah setiap orang selalu senang menjadi selingkuhan orang lain?
- Apakah mencari selingkuhan dan diselingkuhi itu pekerjaan utama kita?
Bila jawabannya ‘tidak’ untuk semua pertanyaan tersebut, maka kita akan
mengerti bahwa cemburu buta versi ’selingkuh itu indah’ tidaklah
bermanfaat dalam hubungan LDR itu sendiri dan sangatlah tidak masuk
akal. Ya Kan?
Poin kedua adalah mengenai rasa bosan. Rasa bosan dapat timbul dalam sebuah hubungan yang bukan LDR sekalipun, ya kan? Yang penting hanyalah upaya kita dalam menyikapinya. Berikan kejutan sekali waktu! Kirimkan compact disc yang berisikan lagu-lagu favorit kalian berdua. Atau kirimkan makanan kesukaan doi (dengan catatan: tidak disarankan mengirim makanan yang gampang busuk/ basi). Apapun kejutan itu, yang kecil sekalipun akan sangat bermakna dalam memberi warna hubungan kalian. Berkreasilah!
Doi terlalu asyik dengan kesibukannya sendiri?
Poin kedua adalah mengenai rasa bosan. Rasa bosan dapat timbul dalam sebuah hubungan yang bukan LDR sekalipun, ya kan? Yang penting hanyalah upaya kita dalam menyikapinya. Berikan kejutan sekali waktu! Kirimkan compact disc yang berisikan lagu-lagu favorit kalian berdua. Atau kirimkan makanan kesukaan doi (dengan catatan: tidak disarankan mengirim makanan yang gampang busuk/ basi). Apapun kejutan itu, yang kecil sekalipun akan sangat bermakna dalam memberi warna hubungan kalian. Berkreasilah!
Doi terlalu asyik dengan kesibukannya sendiri?
Jangan putuskan komunikasi, itu saja syaratnya.
Tapi akan sangat berbahaya bila komunikasi yang kita buat hanya
berdasarkan kecemburuan yang mem**** buta (*disensor suka-suka, haha),
karena kepercayaan adalah pondasi bagi semua bentuk hubungan, pertemanan
pun membutuhkannya. Sebelum kita menjadi mahluk yang pencemburu,
alangkah baiknya jika kita tanyakan pada diri kita sendiri pertanyaan
berikut:
“Apakah kita tersiksa jika pacar kita terus menerus mencecar dengan pertanyaan seperti: lagi apa?, sedang dimana?, dengan siapa?”
“Apakah tidak memberikan laporan seperti itu setiap detik, setiap menit dan setiap jam adalah sesuatu yang tidak berbahaya bagi perkembangan hubungan?”
Kalau jawaban yang muncul di otak kita adalah ‘ya’ untuk keduanya, maka menjadi seorang pencemburu sudah pasti bukan menjadi pilihan profesi yang penting. Malah bersifat mengekang dan menghancurkan bagi kita yang mungkin secara tidak sadar pernah atau sedang terjangkiti penyakit ‘cemburu’ ini.
Ketakutan berikutnya tidak ada hubungan dengan kecemburuan. Hanya saja, masalah jarak yang memisahkan memang dapat menjadi awal kecil dari sebuah pertengkaran yang hebat karena kesempatan untuk bertatap muka sangatlah kecil. Luangkan sedikit waktu untuk janjian bertemu. Niatkan dalam hati untuk benar-benar memberikan quality time bagi pertemuan tersebut. Pada saat bertemu kembali setelah sekian lama, hindari penggunaan ponsel yang terlalu dominan. Matikan semua ponsel. Hanya perlu habiskan waktu untuk mengobrol dan tertawa dalam canda. Coba lakukan kegiatan yang sudah lama tidak sempat dilakukan berdua. Menonton film horor di bioskop, misalnya.
Untuk ketakutan terakhir ini malah sama sekali tidak dapat dijadikan alasan. Kuat tidaknya iman seseorang itu hanya perlu didorong dengan memberikan rasa percaya. Percaya bahwa hubungan itu akan berakhir di pelaminan merupakan salah satu suntikan yang berguna bagi iman keduanya. Jadi kalau masih meragukan iman masing-masing, segeralah ikat dalam tali pernikahan yang sah. Sehingga dalam menjalani LDR pun, keduanya akan mampu mengimani buku nikahnya masing-masing. Bahwa tiada yang lebih baik dari pasangan masing-masing dan tiada yang lain yang mampu menerima diri mereka masing-masing apa adanya kecuali pasangan mereka itu.
Namun bagi mereka yang masih saja ingin terus menerus menikmati LDR, sementara belum ada keinginan untuk memasuki jenjang yang lebih jauh (baca: pernikahan), it’s okay, selama menjalaninya dengan cara yang benar.
Intinya adalah bahwa komunikasi dan kepercayaan merupakan pondasi dasar sedangkan komitmen dan tanggungjawab adalah tiang penyangganya. Ga nyambung sama tulisan di atas? Jangan pusing, semua itu sudah tersirat di dalamnya ya…… Trust me!
So, good luck with your LDR!
“Apakah kita tersiksa jika pacar kita terus menerus mencecar dengan pertanyaan seperti: lagi apa?, sedang dimana?, dengan siapa?”
“Apakah tidak memberikan laporan seperti itu setiap detik, setiap menit dan setiap jam adalah sesuatu yang tidak berbahaya bagi perkembangan hubungan?”
Kalau jawaban yang muncul di otak kita adalah ‘ya’ untuk keduanya, maka menjadi seorang pencemburu sudah pasti bukan menjadi pilihan profesi yang penting. Malah bersifat mengekang dan menghancurkan bagi kita yang mungkin secara tidak sadar pernah atau sedang terjangkiti penyakit ‘cemburu’ ini.
Ketakutan berikutnya tidak ada hubungan dengan kecemburuan. Hanya saja, masalah jarak yang memisahkan memang dapat menjadi awal kecil dari sebuah pertengkaran yang hebat karena kesempatan untuk bertatap muka sangatlah kecil. Luangkan sedikit waktu untuk janjian bertemu. Niatkan dalam hati untuk benar-benar memberikan quality time bagi pertemuan tersebut. Pada saat bertemu kembali setelah sekian lama, hindari penggunaan ponsel yang terlalu dominan. Matikan semua ponsel. Hanya perlu habiskan waktu untuk mengobrol dan tertawa dalam canda. Coba lakukan kegiatan yang sudah lama tidak sempat dilakukan berdua. Menonton film horor di bioskop, misalnya.
Untuk ketakutan terakhir ini malah sama sekali tidak dapat dijadikan alasan. Kuat tidaknya iman seseorang itu hanya perlu didorong dengan memberikan rasa percaya. Percaya bahwa hubungan itu akan berakhir di pelaminan merupakan salah satu suntikan yang berguna bagi iman keduanya. Jadi kalau masih meragukan iman masing-masing, segeralah ikat dalam tali pernikahan yang sah. Sehingga dalam menjalani LDR pun, keduanya akan mampu mengimani buku nikahnya masing-masing. Bahwa tiada yang lebih baik dari pasangan masing-masing dan tiada yang lain yang mampu menerima diri mereka masing-masing apa adanya kecuali pasangan mereka itu.
Namun bagi mereka yang masih saja ingin terus menerus menikmati LDR, sementara belum ada keinginan untuk memasuki jenjang yang lebih jauh (baca: pernikahan), it’s okay, selama menjalaninya dengan cara yang benar.
Intinya adalah bahwa komunikasi dan kepercayaan merupakan pondasi dasar sedangkan komitmen dan tanggungjawab adalah tiang penyangganya. Ga nyambung sama tulisan di atas? Jangan pusing, semua itu sudah tersirat di dalamnya ya…… Trust me!
So, good luck with your LDR!
Terima Kasih membaca artikel tentang Kenapa Harus Takut Sama LDR..? dan anda bisa menemukan artikel Kenapa Harus Takut Sama LDR..? ini dengan url http://soehendrah.blogspot.com/2013/05/kenapa-harus-takut-sama-ldr.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Kenapa Harus Takut Sama LDR..? ini bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Kenapa Harus Takut Sama LDR..? sumbernya. TERIMA KASIH
No comments:
Post a Comment